Rabu, 20 Maret 2013

Rukun-rukun Iman

بسم الله الرحمن الرحيم
Rukun-rukun Iman
Rukun Iman Pertama : Beriman pada Alloh تعالى
Oleh : Ahmad Sobari Asy-Syirbuni
Alloh Ta’ala berfirman :
(لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ) (البقرة : 177 )
Artinya :
“Kebajikan itu bukanlah kalian menghadapkan wajah-wajah kalian ke arah timur dan ke arah barat, akan tetapi kebajikan adalah orang yang beriman kepada Alloh, hari akhir, malaikat, kitab-kitab dan para nabi ….” (QS. Al-Baqoroh:177)

Dan Rosululloh e bersabda ketika ditanya oleh malaikat Jibril yang datang pada beliau dalam rupa seorang arab yang bertanya kepada beliau tentang Islam, Iman, dan Ihsan :
« أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ».
Artinya :
“Engkau beriman kepada Alloh, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rosul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman pada qodar yang baik dan yang buruknya”. [HR. Muslim (102)]
Dari ayat dan hadits diatas maka rukun-rukun Iman ada 6, yaitu :
  1. Beriman pada Alloh Ta’ala
  2. Beriman pada para malaikat-Nya
  3. Beriman pada kitab-kitab-Nya
  4. Beriman pada para rosul-Nya
  5. Beriman pada hari akhir
  6. Beriman pada Taqdir yang baik dan yang buruknya.
Inilah pokok-pokok aqidah islamiyah yang shohih, apabila menyelisihi atau mengingkari salah satunya saja  maka dia sesat bahkan kufur karena telah mengingkari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Rukun-rukun iman yang enam ini adalah pokok-pokok iman secara global, sedangkan secara rinci maka iman itu bukan hanya terpaku pada enam pokok ini. Sebagaimana apa yang dijelaskan oleh Umar bin Abdul Aziz dalam risalahnya yang ditulis untuk ‘Adi bin ‘Adi bahwa iman itu mempunyai faroidh (fardhu-fardhu), syaroi’(syari’at-syari’at), hudud(batasan-batasan), dan sunnah-sunnah. Barangsiapa yang menyempurnakannya maka sempurnalah imannya, dan barangsiapa yang tidak menyempurnakannya maka imannya tidak sempurna.
Dalam kesempatan ini kita hanya memfokuskan pada enam rukun ini secara ringkas.
1. Beriman pada Alloh Ta’ala
Yaitu pembenaran dengan penuh keyakinan dari dalam hati yang paling dalam terhadap wujud Alloh Ta’ala dengan seluruh sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna dan Maha Agung, beribadah dan taat hanya kepada-Nya dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya.
Beriman pada Alloh Ta’ala meliputi beriman pada wujud Alloh Ta’ala, rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, nama-nama-Nya yang Maha Indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi.
1. Beriman pada wujud Alloh Ta’ala
Beriman pada wujud Alloh adalah meyakini adanya Alloh Ta’ala. Bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan dan ada yang mengatur. Tidak terjadi dengan sendirinya tanpa ada pencipta. Dialah Alloh yang menciptakan dan mengatur segala apa yang ada dan terjadi di alam semesta ini.
Alloh Ta’ala berfirman :
(أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ) (الطور : 35 )
Artinya :
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?”. (QS. Ath-Thur:35)
Adanya alam semesta beserta seluruh apa yang ada di dalamnya menunjukkan adanya pencipta yaitu Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Maka dalil-dalil yang menunjukkan adanya Alloh Ta’ala adalah fitroh manusia, akal, syari’at, dan pancaindera. Semua menunjukkan adanya Alloh Ta’ala.
2. Beriman dengan rububiyah Alloh Ta’ala
Beriman dengan rububiyah Alloh Ta’ala adalah mentauhidkan Alloh Ta’ala dalam berbagaimacam perbuatan-perbuatan Alloh Ta’ala, seperti yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur seluruh alam semesta hanyala Alloh Ta’ala saja. Dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dalam seluruh perbuatan-perbuatan Alloh tersebut. Dialah Penguasa alam semesta.
Alloh Ta’ala berfirman :
(الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) (الفاتحة : 2 )
Artinya :
“Segala puji bagi Alloh, Robb alam semesta”. (QS. Al-Fatihah:2)
Dan Alloh Ta’ala juga berfirman :
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ *الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ) (البقرة : 21-22 )
Artinya :
“Hai manusia, beribadahlah pada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untuk kalian; karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Alloh, padahal kalian mengetahui”. (QS. Al-Baqoroh:21-22)
3. Beriman dengan uluhiyah Alloh Ta’ala.
Beriman dengan uluhiyah Alloh adalah mentauhidkan-Nya dalam hak-hak yang khusus bagi Alloh Ta’ala, yaitu mentauhidkannya dalam ibadah. Memberikan keberhakkan ibadah hanya pada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Inilah inti dari لا إله إلا الله .
Alloh Ta’ala berfirman :
(وَإِلَـهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ) (البقرة : 163 )
Artinya :
“Dan Ilah kalian adalah Ilah yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqoroh:163)
Makna dari Ilah adalah ma’buud yaitu yang diibadahi dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Ketika kita mengikrarkan kalimat لا إله إلا الله , maka kita menyatakan bahwa hanya Alloh yang berhak diibadahi, dimintai segala kebutuhan kita dalam do’a-do’a kita, disandarkan seluruh perkara kita, dan ditaati dengan segala ketaatan.
Disamping kita menetapkan ibadah hanya untuk Alloh Ta’ala, pada saat yang sama juga kita harus mengingkari segala peribadatan kepada selain Alloh. Alloh Ta’ala berfirman :
(فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا) (البقرة : 256 )
Artinya :
“Barangsiapa yang ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Alloh, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus”. (QS. Al-Baqoroh:256)
Thoghut adalah segala sesuatu yang diibadahi selain Alloh Ta’ala, baik berupa ketaatan, ibadah, maupun diikuti. Karena semua itu adalah hak Alloh yang tidak boleh diperuntukkan kepada selain-Nya. Tidak benar syahadat seseorang kecuali dengan kufur kepada thoghut dan beriman pada Alloh Ta’ala.
4. Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat Alloh Ta’ala.
Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat Alloh Ta’ala adalah mentauhidkan-Nya dengan menetapkan bahwa Dia memiliki nama-nama yang Maha Indah, dan sifat-sifat yang Maha Tinggi.  Menetapkannya sebagaimana Alloh Ta’ala menetapkannya untuk dirinya di dalam kitab-Nya, dan sebagaimana Rosululloh صلى الله عليه وسلم menetapkannya untuk Alloh Ta’ala dalam hadits-haditsnya yang shohih tanpa takyif (menetapkan bagaimananya), tamsil (memisalkannya), tasybih (menyerupakan), dan tahrif (menetapkan dengan makna selain makna yang sesungguhnya).
Alloh Ta’ala berfirman tentang diri-Nya yang mempunyai nama-nama yang Maha Indah :
(وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَآئِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ) (الأعراف : 180 )
Artinya :
“Hanya milik Alloh asmaa-ul husna, maka berdo’alah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-A’rof:180)
Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersadda :
« إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا ، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ »
Artinya :
“Sesungguhnya Alloh memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barangsiapa yang menjaganya maka dia masuk surga”. [HR. Al-Bukhori (2736,6410,7392), Muslim (6989) dari Abu Huroiroh رضي الله عنه]
Menetapkan nama-nama bagi Alloh adalah permasalahan yang bersifat tauqifiyah yaitu hanya berdasarkan wahyu atau khobar yang shohih baik dari Alloh maupun dari Rosul-Nya, sehingga tidak ada ruang bagi akal atau perasaan untuk turut serta menetapkannya. Maka kita tidak berhak menamai Alloh dengan nama selain nama-nama yang telah Alloh Ta’ala tetapkan atau Rosululloh صلى الله عليه وسلم tetapkan.
Demikian juga ketika kita menetapkan sifat-sifat bagi Alloh maka kitapun tidak berhak menetapkannya dengan hanya berdasarkan akal dan perasaan. Akan tetapi kita menetapkannya sebagaimana Alloh dan Rosul-Nya menetapkannya tidak menambah dan tidak menguranginya.
Qoidah dasar dalam menetapkan sifat-sifat bagi Alloh Ta’ala adalah firman Alloh Ta’ala :
(لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ) (الشورى : 11 )
Artinya :
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat”. (QS. Asy-Syuroo:11)
Makna dari ayat ini meliputi dua perkara yang saling terkait dan tidak boleh terlepas sendiri-sendiri, yaitu :
  1. Pensucian Alloh Ta’ala dari penyerupaan terhadap makhluq.
  2. Beriman dengan apa yang telah Alloh tetapkan untuk diri-Nya, atau apa yang disifati oleh Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم  baik penetapan maupun peniadaan.
Keduanya apabila terlepas salahsatunya maka akan menyebabkan kesesatan. Apabila hanya meyakini pensucian Alloh Ta’ala dari penyerupaan dengan makhluq-Nya maka dia terjatuh pada sekte mu’aththilah atau jahmiyah yaitu sekte yang mengingkari sifat-sifat bagi Alloh Ta’ala. Dan apabila hanya menetapkan sifat-sifat bagi Alloh saja tanpa meniadakan penyerupaan bagi Alloh dengan makhluq-Nya maka akan terjatuh pada sekte musyabbihah, yaitu sekte yang menyerupakan Alloh dengan makhluq-Nya. Maka ayat ini sekaligus sebagai bantahan untuk golongan mu’aththilah jahmiyah dan sekaligus bantahan untuk golongan musyabbihah.
Demikianlah aqidah yang benar dalam beriman terhadap nama-nama dan sifat-sifat Alloh Ta’ala secara global.
Beriman kepada Alloh Ta’ala ini adalah sebagai dasar untuk seluruh iman, ibadah, dan ketaatan pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Apapila kita beriman pada Alloh Ta’ala sebagaimana yang telah dijelaskan diatas maka buah yang akan kita petik adalah :
  1. Perwujudan dari mentauhidkan Alloh Ta’ala sehingga tidak akan bergantung dengan selain Alloh Ta’ala baik harapan ataupun rasa takut, dan tidak beribadah pada selain-Nya.
  2. Sempurnanya kecintaan pada Alloh Ta’ala, dan mengagungkannya sesuai dengan konsekwensi dari nama-nama-Nya yang Maha Indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi.
  3. Perwujudan dari beribadah pada Alloh Ta’ala dengan melaksanakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang. (Lihat Nubdzah Fil Aqidah, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin)
Wallohu Ta’ala A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar